Hari ini, 8 September, kita bersama merayakan Hari Literasi Internasional. Momen ini mengingatkan kita semua bahwa membaca dan menulis bukan sekadar keterampilan, tapi bekal hidup yang sangat penting untuk anak-anak kita.
Coba bayangkan, ketika seorang anak baru bisa mengeja kata pertama - betapa matanya berbinar. Dari situlah mereka mulai membuka pintu menuju dunia yang luas. Literasi adalah fondasi: bukan hanya untuk pintar membaca buku pelajaran, tapi juga untuk membangun karakter, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan melatih keberanian berpikir.
🌱 Saat Anak Masih Kecil: Menanam Benih.
Di usia dini, literasi bisa hadir dalam hal-hal sederhana: mendengarkan dongeng sebelum tidur, menyanyi bersama, atau membaca buku bergambar. Dari kegiatan sepele itu, anak belajar menyerap kata-kata, imajinasi, dan kasih sayang. Benih kecil inilah yang kelak tumbuh menjadi pohon cinta belajar sepanjang hidup.
📚 Saat Anak Sekolah: Menguatkan Akar.
Ketika masuk sekolah, anak mulai berhadapan dengan pelajaran dan informasi yang lebih luas. Namun sekarang ada tantangan besar: era digital yang membuat informasi berhamburan begitu cepat. Tidak semua informasi di internet benar, tidak semua berita berkualitas.
Di sinilah peran membaca buku menjadi sangat penting. Buku memberi anak pengetahuan yang lebih mendalam, teruji, dan membuat mereka terbiasa berpikir sebelum menerima sesuatu. Buku melatih fokus, melatih analisis, dan memberi mereka dasar yang kuat untuk memilah mana informasi yang benar, mana yang menyesatkan.
🌟 Peran Orangtua.
Anak-anak belajar dari contoh. Kalau mereka sering melihat orangtuanya membaca, berdiskusi, atau menulis, maka mereka akan menirunya. Sebaliknya, jika hanya dibiarkan tenggelam di layar gawai tanpa pendampingan, maka semangat literasi bisa hilang begitu saja.
Mari jadikan rumah kita sebagai taman literasi kecil: ada waktu membaca bersama, ada kesempatan bercerita, ada kebiasaan menulis sederhana. Dengan cara itu, anak tumbuh bukan hanya cerdas, tapi juga punya karakter yang kuat.
Hari Literasi Internasional mengingatkan kita: teknologi akan selalu berubah, tapi fondasi membaca dan menulis tidak boleh hilang. Justru di tengah derasnya arus digitalisasi, kebiasaan membaca buku adalah jangkar yang menjaga anak-anak tetap kokoh dan punya karakter yang kuat.
