Tampilkan postingan dengan label 1447 H. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 1447 H. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 Juni 2025

Melangkah Bersama Anak di Tahun Baru Islam 1447 H.

Menanamkan Makna Hijrah dengan Cinta dan Keteladanan

Tahun Baru Hijriah datang tanpa gemerlap lampu atau pesta semalam suntuk. Ia datang seperti fajar yang perlahan merekah—sunyi, tapi penuh harap. Tahun 1447 H adalah undangan bagi kita, orang dewasa, untuk berhijrah: bukan ke kota baru, tapi ke versi diri yang lebih bijak, lebih lembut… lebih hadir.

Dan untuk anak-anak kita, yang matanya masih penuh cahaya dan hatinya masih polos, ini adalah waktu terbaik untuk memperkenalkan kisah Nabi Muhammad ﷺ yang menempuh perjalanan hijrah dengan keyakinan, pengorbanan, dan cinta. Bukan lewat ceramah, tapi lewat pelukan, cerita sebelum tidur, dan keteladanan sehari-hari.




Bagaimana Cara Mengajak Anak Mengenal Tahun Baru Islam?

  1. Cerita yang Menghidupkan Iman
    Bacakan kisah hijrah bukan sebagai pelajaran sejarah, tapi sebagai dongeng yang penuh makna. Katakan, “Rasulullah pernah merasa takut, tapi beliau tetap melangkah karena Allah bersamanya.” Anak-anak akan mengerti, karena mereka tahu rasanya takut… dan butuh keberanian untuk tetap melangkah.
  2. Pohon Harapan dan Niat Baik
    Di dinding rumah atau kelas, buat pohon dari karton. Ajak anak menempelkan daun-daun kertas bertuliskan harapan mereka, seperti “aku ingin lebih baik pada adikku” atau “aku akan mengucap terima kasih lebih sering.” Hijrah kecil yang besar dampaknya.
  3. Berbagi yang Membekas di Hati
    Libatkan anak dalam kegiatan berbagi—membungkus mainan untuk disumbangkan, menyiapkan makanan kecil bagi tetangga. Bukan untuk formalitas, tapi agar mereka tahu bahwa bahagia itu bukan hanya ketika menerima, tapi juga saat memberi.




Kita Adalah Kompas Mereka

Anak-anak tak belajar dari apa yang kita katakan sebanyak dari bagaimana kita hidup. Maka, mungkin hijrah terbaik yang bisa kita lakukan di tahun baru ini adalah menjadi orang tua dan pendidik yang lebih sabar, lebih tulus, lebih terbuka mendengar. Karena di mata mereka, kita adalah cermin tentang seperti apa cinta dan iman itu seharusnya tampak.